Catatan Penerbit

Hernani

Inilah lakon yang menjadi salah satu tonggak gerakan sastra dan teater romantisisme Prancis. Sebuah kerusuhan meledak dalam gedung pertunjukan ketika pertunjukan perdana lakon ini digelar oleh Comédie-Française, Paris, 25 Februari 1830. Kerusuhan itu, yang dikenal sebagai Bataille d’Hernani, merupakan ledakan dari perseteruan politik dan estetik antara dua pendukung paham teater Prancis: klasisisme dan romantisisme. Kaum pendukung klasisisme berpegang teguh pada penerapan aturan teater klasik yang ketat dan hierarki genre teater yang kaku; sedangkan para pendukung romantisisme bercita-cita untuk merevolusi teater dengan melawan dogma estetika klasisisme.

Victor Hugo menulis Hernani dalam bentuk syair berpola alexandrine, sebuah pola syair/sajak dalam khazanah sastra klasik Prancis, yang berasal dari Abad Pertengahan. Sedangkan, sumber terjemahan edisi bahasa Indonesia ini adalah sebuah terjemahan bahasa Inggris: Hernani: A Drama in Five Acts (Boston: Estes and Lauriat, 1894)—yang tidak mencantumkan nama penerjemah. Walaupun terjemahan bahasa Inggris tersebut masih menggunakan pola syair, sangat sulit untuk mengetahui seberapa ketat ia mempertahankan pola alexandrine. Sangat sulit pula untuk mengadopsi kerumitan pola syair tersebut dalam bahasa Indonesia; dibutuhkan kerja keras dan keahlian khusus yang langka untuk melakukannya. Karena alasan-alasan tersebut, edisi bahasa Indonesia ini memilih pola prosa, alih-alih syair.

Tujuan utama penerbitan lakon-lakon terjemahan oleh Kalabuku adalah menyediakan sumber wacana dan pengetahuan, bukan menyajikan lakon yang benar-benar siap-angkut ke panggung, terutama dalam konteks Indonesia. Untuk mementaskan lakon-lakon terjemahan ini, sutradara atau dramaturg disarankan untuk mengadaptasi, menyadur, menafsir, dan/atau menyuntingnya terlebih dahulu ke dalam konteks yang dicita-citakan pertunjukan.

Terjemahan ini direncanakan terbit pada awal 2018, tetapi—karena kendala penyuntingan—baru bisa diwujudkan tujuh tahun kemudian. Kalabuku berterima kasih kepada Anasatia Sundarela, penerjemah kami yang setia; juga kepada Putu Juli Sastrawan sebagai penyunting tamu.

Selamat menyelami estetika teater romantisisme dari Prancis abad XIX. •

Kalabuku