Mahdalena

Mahdalena (Dena) dilahirkan di Banda Aceh, 20 Maret 1975, putri sulung pasangan Muhammad Adan dan Rosmiana. Ia tinggal di Lampulo bersama putri tunggalnya. Selain mengajar ilmu kesehatan masyarakat, ia juga berteater serta berlakon sebagai terapis dan herbalis, melanjutkan ilmu dari neneknya. Pimpinan Teater MAE ini memulai kiprahnya di ranah seni dan budaya melalui Teater Mata pimpinan Maskirbi. Dena pernah berperan sebagai aktivis sosial-budaya era 1990-an, dan hingga kini tercatat sebagai paralegal. Dari semua aktivitasnya, ia memilih teater sebagai wadah untuk membangun karakter dan memperjuangkan isu-isu sosial di sekitarnya. Pada Agustus 2004, melalui istri Fikar W. Eda, ia terhubung dan diangkat sebagai anak oleh W.S. Rendra. Saat diwawancarai majalah Maestro terkait puisi “Di Mana Kamu De’na”, Rendra mengaku, “Pentingnya Dena, sepenting Rendra menghirup napasnya sendiri.” Menurut D. Keumalawati, Rendra dan Ken Zuraida sangat menghormati Dena. Pernyataan Ken Zuraida, yang memandang “Dena sebagai Ghayatri-nya Indonesia”, disadari Dena sebagai nilai nasionalisme keindonesiaan yang tersirat kuat. Mahdalena adalah tokoh perempuan Aceh yang senyap. Ia tak terjebak jargon, bahkan berani melepas semua atribut yang artifisial dalam melakoni hidupnya. Ia manusia merdeka dalam memajukan diri dan sosialnya. Ia terus belajar dari setiap orang yang ia temui dan setiap fase hidup yang ia lewati.