Sartian Nuriamin
Sartian Nuriamin lahir di Sabilambo, Kolaka, dan menyelesaikan studi di Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Hasanuddin, Makassar. Selain bekerja sebagai guru dan pustakawan di SMA Negeri 1 Kolaka, Tian juga aktif mengembangkan kegiatan sastra dan teater melalui Kolaka Art Movement sejak 2020. Sejak 2014, ia aktif membina ekstrakurikuler Teater 72 di SMA Negeri 1 Kolaka. Bersama teman-temannya di Kolaka, ia mengagas Panggung Apresiasi Sajak Teras Kolaka sejak 2014. Karya artikelnya, “Hujan Pun Memilih Berhenti demi Pementasan I La Galigo”, termuat di Harian Fajar (2011). Puisi-puisinya pernah dimuat di Kendari Pos, Harian Fajar, Harian Rakyat Sultra, dan Jurnal Sastra, serta termuat dalam sejumlah antologi, di antaranya Tanah Merah, Tanah Sorume, Tanah Mekongga (2007), Sabda Kalo (2015), dan Perburuan Musim (2020). Karya ceritanya, “Nuansa Bertualang” dan “Mengenal Anggrek Serat Sorume”, diterbitkan dalam dua bahasa (Indonesia dan Tolaki) oleh Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara (2003). Tian menulis naskah dan membuat pertunjukan teater berbasis tradisi lisan, seperti Larumbalangi dan Burung Kongga (2014), Mekongga (2015), Anawai Ngguluri (2016), dan Lu Lo Lu (2020). Selain itu, karya pertunjukan lainnya adalah Saksi Mata (2015, berdasarkan cerpen Seno Gumira Ajidarma), Anawai Ngguluri dan Oheo (2016), Wek-wek (2016, Teater Anonymous Bandung), Legenda Tongkat Kakaho (2019), dan Demokrasi (2022, monolog karya Putu Wijaya).
BUKU: Ekosistem Teater Indonesia, Jilid I (kopenulis)